Gorontalo, 30 November 2024 – Pasangan calon Walikota Gorontalo, Ryan Kono dan Budi Doku, gagal meraih kemenangan dalam Pemilihan Walikota (Pilwako) Gorontalo 2024. Meskipun mereka memiliki basis dukungan yang signifikan dan membawa berbagai program unggulan, pasangan ini harus menerima kenyataan bahwa lawan mereka, pasangan calon lainnya, lebih berhasil mendapatkan hati pemilih.
Berdasarkan hasil perhitungan suara sementara, pasangan Ryan Kono-Budi Doku memperoleh suara yang lebih rendah dibandingkan pasangan yang terpilih. Analisis atas kekalahan ini mengungkap beberapa faktor yang turut berperan dalam kegagalan mereka meraih kursi kepemimpinan Kota Gorontalo.
1. Kurangnya Akar Dukungan di Kalangan Pemilih
Salah satu faktor utama yang mengemuka dalam analisis ini adalah kurangnya kedalaman dukungan di kalangan berbagai segmen pemilih. Meskipun pasangan Ryan Kono-Budi Doku mengusung sejumlah program pembangunan yang progresif, mereka cenderung lebih populer di kalangan kelompok pemilih tertentu, terutama di kalangan pemilih muda dan kelompok profesional. Namun, dukungan dari kelompok-kelompok masyarakat lain seperti kalangan tua, tokoh masyarakat, serta mereka yang lebih memilih stabilitas politik tidak sebanyak yang diharapkan.
Beberapa pengamat politik menilai bahwa Ryan Kono, meski memiliki latar belakang yang kuat dalam dunia bisnis dan pemerintahan, tidak sepenuhnya berhasil membangun konektivitas dengan masyarakat yang lebih luas. Demikian juga Budi Doku, meskipun dikenal sebagai figur yang berpengalaman dalam dunia politik dan pernah menjadi wakil walikota, tidak mampu menyentuh sektor-sektor vital lainnya yang menjadi prioritas utama warga Kota Gorontalo.
2. Isu Internal dan Kurangnya Koalisi yang Solid
Masalah internal juga menjadi faktor yang memengaruhi kekalahan pasangan ini. Dalam beberapa bulan terakhir menjelang pemilihan, sempat beredar isu ketegangan di internal tim pemenangan, baik dalam soal pembagian tugas maupun strategi kampanye yang kurang terkoordinasi. Bahkan, adanya beberapa pernyataan kontroversial yang dikeluarkan oleh para pendukung mereka sempat merusak citra pasangan ini di mata publik.
Selain itu, walaupun mengusung visi dan misi yang cukup baik, pasangan Ryan Kono-Budi Doku kurang berhasil membangun koalisi yang solid dengan partai-partai lokal dan organisasi masyarakat. Koalisi yang terbentuk terkesan rapuh dan tidak cukup kuat untuk menghadapi tantangan politik yang ada.
3. Kampanye yang Kurang Efektif
Beberapa pengamat juga menilai bahwa strategi kampanye Ryan Kono-Budi Doku kurang efektif dan tidak cukup mampu menjangkau semua lapisan masyarakat dengan cara yang menyentuh. Meskipun mereka memiliki program-program yang inovatif, banyak warga yang merasa kesulitan memahami bagaimana program tersebut akan diterapkan dan apa dampaknya langsung terhadap kehidupan mereka.
Kampanye pasangan ini lebih banyak berfokus pada isu-isu makro, sementara isu-isu lokal yang dekat dengan keseharian masyarakat, seperti pengelolaan sampah, kemacetan, dan infrastruktur dasar, kurang tersentuh dengan baik. Hal ini membuat mereka kalah dalam hal komunikasi politik dibandingkan pasangan calon lain yang lebih efektif dalam menyampaikan pesan-pesan mereka.
4. Tantangan dari Popularitas Lawan
Tidak dapat dipungkiri bahwa pasangan lawan mereka memiliki tingkat popularitas yang lebih tinggi di kalangan masyarakat. Banyak pemilih yang lebih memilih pasangan calon lain karena mereka merasa lebih dekat dengan figur tersebut atau karena melihat rekam jejak yang lebih jelas dalam memajukan Kota Gorontalo. Selain itu, para pesaing mereka lebih berhasil membangun narasi perubahan yang dinilai lebih relevan dengan kebutuhan warga Kota Gorontalo saat ini.
Meskipun pasangan Ryan Kono-Budi Doku mengusung sejumlah program pembangunan yang futuristik, pemilih di Gorontalo tampaknya lebih memilih stabilitas dan kesinambungan pemerintahan yang lebih terukur. Ini membuat kemenangan bagi pasangan ini semakin sulit untuk diwujudkan.
5. Pengaruh Faktor Eksternal
Tidak bisa dipungkiri bahwa faktor eksternal, seperti situasi ekonomi dan dinamika politik nasional, juga turut memengaruhi hasil Pilwako ini. Warga Kota Gorontalo cenderung memilih calon yang dianggap mampu membawa kemajuan yang nyata dalam aspek kehidupan mereka sehari-hari. Ketidakpastian ekonomi dan dampak sosial dari beberapa kebijakan pemerintah pusat membuat banyak pemilih cenderung memilih calon yang menawarkan solusi yang lebih pragmatis dan dapat dirasakan langsung.
6. Kurangnya Fokus pada Isu Sosial dan Ekonomi Masyarakat
Terlepas dari beberapa program unggulan mereka, pasangan Ryan Kono-Budi Doku kurang fokus pada masalah sosial-ekonomi yang dihadapi masyarakat Kota Gorontalo, seperti pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan pembangunan antar wilayah. Sementara itu, lawan mereka lebih berhasil mengidentifikasi dan menyampaikan solusi atas masalah-masalah ini dengan cara yang lebih langsung dan kontekstual.
Kesimpulan
Kekalahan Ryan Kono dan Budi Doku dalam Pilwako Gorontalo 2024 merupakan kombinasi dari beberapa faktor, mulai dari kurangnya dukungan yang merata, masalah internal tim pemenangan, hingga strategi kampanye yang tidak maksimal dalam menyentuh berbagai kalangan pemilih. Meskipun mereka membawa visi yang baik untuk kemajuan Kota Gorontalo, pendekatan yang kurang efektif dan tidak mampu menjawab kebutuhan langsung masyarakat menjadi tantangan besar yang menghambat mereka meraih kemenangan.
Kini, setelah kekalahan ini, banyak yang berharap bahwa pasangan Ryan Kono-Budi Doku akan tetap berperan aktif dalam politik dan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan Kota Gorontalo, meskipun mereka tidak berhasil terpilih sebagai pemimpin daerah.