Biomassa atau bioenergi dihasilkan dengan membakar bahan organik seperti tanaman dan kayu. Industri pelet kayu mengubah pohon menjadi pelet yang kemudian diekspor ke Eropa dan Asia untuk dibakar di pembangkit listrik. Meski diklaim “ramah lingkungan”, operasi pabrik pelet kayu sama kotor dan bermasalahnya dengan pembangkit batu bara. Membakar kayu (melalui pelet) bukan solusi krisis iklim. Berikut alasannya.
Hutan memberikan manfaat vital bagi manusia: menyediakan oksigen, air bersih, rumah bagi satwa liar, sumber pangan, obat-obatan, dan bahan pakaian. Di Indonesia, hutan tropis juga menjadi penopang kehidupan 50-60 juta masyarakat adat.
Fungsi Penting Hutan yang Terancam
1. Penyedia Air Bersih
Hutan mengatur siklus hidrologi:
- Deforestasi meningkatkan risiko banjir dan polutan nitrogen di aliran air.
- Di Kalimantan Tengah, alih fungsi hutan untuk kebun kayu energi menyebabkan sedimentasi sungai hingga 40%, meracuni sumber air warga.
2. Penyimpan Karbon
Hutan menyimpan karbon di pohon dan tanah. Namun:
- Konversi hutan alam melepas karbon 3x lebih tinggi daripada yang diserap tanaman pengganti.
- Data KLHK (2024): Degradasi hutan untuk biomassa di Sumatera melepas 150 juta ton CO₂ ekuivalen sejak 2020.
3. Penyeimbang Iklim
Hutan menstabilkan suhu dan melindungi biodiversitas. Di Riau, hilangnya 22% hutan primer (2015-2023) meningkatkan suhu rata-rata 1,8°C.
4. Habitat Satwa Liar
Degradasi hutan mengancam satwa endemik:
- Populasi orangutan Tapanuli turun 60% akibat ekspansi HTI (Hutan Tanaman Industri) untuk biomassa.
- Di Sulawesi, proyek pelet kayu PT Bima Energi merusak habitat anoa.
Dampak Industri Biomassa di Indonesia
☣️ Deforestasi Masif
- Catatan Auriga Nusantara (2025): 34 izin Hutan Tanaman Energi (HTE) seluas 1,38 juta hektar mengancam 14 Kawasan Biodiversitas Penting.
- Kebijakan co-firing PLTU: Target campur biomassa-batu bara berpotensi meningkatkan konsumsi pelet kayu domestik 8.400% (2021-2025).
⚖️ Ketidakadilan Sosial
- Masyarakat adat Suku Anak Dalam (Jambi) kehilangan 12.000 hektar lahan akibat proyek biomassa PT Rimba Biomassa.
- Di Halmahera, pembangunan pabrik pelet tanpa Free, Prior and Informed Consent (FPIC) memicu konflik.
📉 Ironi Subsidi Global
- Jepang & Korsel mengimpor 99% pelet kayu Indonesia, tetapi kebijakan “energi hijau” mereka justru mendorong deforestasi.
- Korsel mengurangi subsidi biomassa (Desember 2024), namun permintaan ekspor tetap tinggi.
Mengapa Biomassa Bukan Energi Bersih?
❌ Emisi Lebih Tinggi daripada Batu Bara
- Membakar pelet kayu menghasilkan 1,5x lebih banyak CO₂ daripada batu bara.
- Pelunasan utang karbon butuh 40-200 tahun — terlambat untuk penanganan krisis iklim.
⛽ Ketergantungan pada Bahan Bakar Fosil
- Proses produksi (tebang-angkut-proses) mengonsumsi solar dan gas dalam skala besar.
🏭 Ketidakadilan Lingkungan
- Di AS: Pabrik pelet dibangun di komunitas kulit berwarna dan miskin.
- Di Indonesia: Proyek biomassa menyerobot lahan masyarakat adat yang minim akses hukum.

Tren Terkini di Indonesia (2025)
- Target Pemerintah:
- Co-firing PLTU akan menyerap 64,5% dari target biomassa nasional 19,7 TWh pada 2025.
- Investasi sektor HTE ditargetkan Rp19,9 triliun, berisiko percepat deforestasi.
- Ancaman Baru:
- 33.322 hektar deforestasi tercatat di areal HTE (2021-2023).
- 1,2 juta hektar kebun kayu energi mengancam ekosistem gambut.
Tabel: Dampak Biomassa pada Hutan Indonesia
Indikator | Data |
---|---|
Ekspor pelet ke Jepang-Korsel | 99% dari total ekspor |
Luas hutan terancam HTE | 1,38 juta hektar |
Deforestasi untuk biomassa | 33.322 hektar (2021–2023) |
Solusi yang Diperlukan
- Hentikan subsidi biomassa berbasis kayu, alihkan dana ke energi surya/angin.
- Lindungi masyarakat adat dengan implementasi FPIC.
- Batalkan kebijakan co-firing PLTU yang memperpanjang umur pembangkit batu bara.
“Biomassa kayu adalah solusi iklim palsu. Indonesia harus berhenti mengorbankan hutan untuk kepentingan industri semu.”