Pendahuluan: Krisis Sampah dalam Bayangan Tema Global
Di tengah tema global Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025, “Ending Plastic Pollution”, Kota Gorontalo menjadi contoh nyata salah satu pertaruhan Indonesia melawan krisis sampah. Meski Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat telah berupaya maksimal, volume sampah terus menggunung. Data terbaru menunjukkan, 40.26% sampah Indonesia belum terkelola , dan Gorontalo adalah salah satu titik rawan dalam peta darurat ini.
Tantangan Gorontalo: Infrastruktur, SDM, dan Perilaku Masyarakat
1. Keterbatasan Infrastruktur dan Anggaran
ada tiga kebutuhan mendesak:
- Penambahan armada pengangkut sampah (seperti truk dan gerobak) untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan.
- Bengkel khusus dan show room guna memangkas biaya perawatan alat.
- TPA khusus kota yang mampu menampung sampah secara berkelanjutan .
2. Beban Berat Petugas Kebersihan
Sebanyak 314 petugas—termasuk sopir, pengangkut, dan penyapu—harus bekerja dengan:
- Upah minim meski jam kerja ditambah.
- Risiko kecelakaan tinggi
Mereka adalah tulang punggung sistem, mengelola 31.85% pengangkutan dan 28.66% penyapuan sampah kota .
3. Perilaku Masyarakat yang Belum Berubah
Sosialisasi larangan buang sampah sembarangan masih terbatas. Padahal, 69.5 juta ton sampah global dikelola buruk pada 2024, sebagian berakhir di lautan .
Di Gorontalo, partisipasi kelurahan dan kecamatan dalam edukasi warga menjadi kunci yang belum optimal.
Solusi Holistik: Integrasi Teknis, Regulasi, dan Gerakan Masyarakat
🔄 1. Revolusi Infrastruktur Berbasis Data
- Optimalisasi TPA dan bank sampah berbasis data SIPSN (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional) yang mencatat 20.441.184 ton sampah terkelola secara nasional .
- Pembangunan pabrik daur ulang plastik untuk mengurangi ketergantungan TPA. Contoh sukses ada di kota Surabaya dan Solo, di mana sampah plastik diubah menjadi energi .
💰 2. Peningkatan Kesejahteraan Petugas dan Anggaran
- Revisi alokasi APBD untuk menjamin upah layak dan asuransi kesehatan petugas.
- Insentif kinerja berbasis target pengurangan sampah, seperti yang diusung Kementerian LHK dalam peta jalan baru .
🌱 3. Gerakan “Zero Waste 2.0” dan Peran Masyarakat
- Bank sampah komunitas sebagai solusi ekonomi sirkular. Konsep ini terbukti meningkatkan daur ulang hingga 39.1% di tingkat nasional .
- Kampanye masif di sekolah dan pasar untuk pemilahan sampah organik-anorganik. Sampah organik (60% dari total sampah Indonesia) bisa diolah jadi kompos atau biogas .
⚖️ 4. Regulasi Tegas dan Kolaborasi Global
- Perda larangan plastik sekali pakai yang sejalan dengan strategi MenLH Hanif Faisol Nurofiq untuk menuntut tanggung jawab produsen impor plastik .
- Sinergi dengan perjanjian INC-5 di Jenewa (Agustus 2025) yang akan mengatur akuntabilitas produsen global atas polusi plastik .
Darurat Plastik yang Mengancam
- 14 juta ton plastik masuk ke laut tiap tahun, diprediksi menjadi 199 juta ton pada 2025 .
- Mikroplastik telah mencemari rantai makanan, bahkan ditemukan di ASI manusia .
- Jika tak diintervensi, sampah plastik di lautan akan lebih banyak daripada ikan pada 2050 .
Aksi Nyata Hari Lingkungan Hidup 2025
KHLK (konservasi hutan dan Lingkungan Khatulistiwa) Gorontalo mengajak semua pihak:

- Aksi bersih serentak di pantai, sungai, dan pemukiman .
- Pelibatan aktif camat/lurah dalam sosialisasi “Ending Plastic Pollution”.
- Kolaborasi dengan NGO dan sektor swasta untuk pendanaan bank sampah.
Penutup: Kota Gorontalo di Garis Depan Perubahan
Tantangan sampah kota Gorontalo adalah cerminan Ibu Kota Provinsi . Namun, momentum Hari Lingkungan Hidup 2025 menjadi katalis untuk transformasi. Dengan solusi terpadu—mulai dari petugas hingga kebijakan global—Gorontalo bisa menjadi contoh “lead by example” dalam perang melawan polusi plastik.
Salam Lestari!
#HentikanPolusiPlastik #IndonesiaBersih
Sumber Data:
- Statistik Nasional: SIPSN Kementerian LHK
- Kebijakan Global: Pernyataan MenLH pada Peringatan Hari Lingkungan Hidup 2025